Senin, 18 Mei 2009

Berjuang


Asww.
Berjuang Dulu, Jangan Bicara Kursi
"Berjuang dulu kita, kok sudah bicara kursi-kursi. Kalau kursi ada di rumah saya," ujar Presiden PKS.
Bandung - Menjelang detik-detik terakhir pegumuman deklarasi SBY-Boediono sebagai capres-cawapres, PKS menyatakan dukungannya. Padahal sebelumnya dengan lantang partai yang mengklaim islami ini menolak Boediono. Apakah PKS sudah mendapat jatah kursi yang diinginkan?

"Berjuang dulu kita, kok sudah bicara kursi-kursi. Kalau kursi ada di rumah saya," ujar Presiden PKS Tifatul Sembiring usai menghadiri deklarasi SBY-Berboedi di Sabuga, Bandung, Jawa Barat, Jumat (15/5/2009).

Menurut Tifatul, luluhnya sikap PKS sehingga mendukung SBY-Berboedi lantaran SBY telah menjelaskan bahwa sosok Boediono sangat tepat mendampingi SBY terutama saat Indonesia menghadapi krisis ekonomi.

"Beliau (SBY) butuh orang yang bisa memberi solusi menghadapi krisis," kata Tifatul.

Selain itu, lanjut Tifatul, saat Boediono menjadi Menteri Ekuin, UU Sukuk serta ekonomi syariah diterbitkan. Dua undang-undang ini dianggap mencerminkan prinsip-prinsip Islam.

"Juga tidak benar kedaulatan ekonomi tidak tercapai," pungkasnya

Kamis, 14 Mei 2009

Penjara


Asww.

(DR. Yusuf Al Qaradhawi)

Berikut kutipannya yang saya ambil dari Bab :
Menjelang Fase Pembebasan dari Penjara Perang

Masih ingat ketika sebagian Ikhwan akhirnya terpaksa mengetuk jeruji sel penjara untuk meminta air minum? Masih ingat dengan sikap Al-Akh yang sabar dan pemberani Hilmi Mukmin, yang kemudian ia dipukuli oleh tentara penjara, lalu terjadi peristiwa tidak biasa dari pengelola penjara? Di mana para sipir penjara itu mendatangi Al-Akh Hilmi untuk meminta maaf, sampai akhirnya kami semua memulai lembaran baru dalam berinteraksi dengan para sipir penjara. Allah memaafkan apa yang dilakukan sebelumnya.

Tampaknya – wallahu a’lam – peristiwa itu memang menjadi awal interaksi baru di antara kami, di mana para sipir penjara berusaha mengobati luka dan sakit hati yang selama ini dialami Ikhwan. Mereka lalu mulai berpikir untuk membebaskan kami secara bertahap. Ada juga yang mengatakan, perubahan sikap para sipir penjara itu dilatarbelakangi oleh pendekatan yang dilakukan Malik Saudi Arabia dengan pemerintahan Mesir.

Yang jelas, para Ikhwan kemudian dipanggil keluar sel setelah itu. Mereka turun dari tingkat dua dan tiga, lalu berga­bung bersama para Ikhwan yang lain yang ada di tingkat satu dari banguan penjara yang luas itu. Semuanya duduk dalam kondisi tidak mengerti. Salah seorang mereka kemudian berinisiatif untuk membuka forum itu dengan bacaan Al-Qur’anul Karim. Salah seorang Ikhwan lalu membaca beberapa ayat suci dari surat Ali Imran. Ayat yang berbicara tentang ujian di medan perang Uhud, dimulai dari firman Allah swt. surat Ali Imran ayat 138 hingga 149.

Selanjutnya salah seorang dari kami diminta untuk berbicara menyampaikan permintaan maaf atas apa yang mereka lakukan selama ini. Al-Akh Syaikh Mukhtar Haij yang melakukan tugas ini. Ia lantas memuji Allah dan menyampaikan shalawat kepada Rasulullah lalu mengatakan: “Tidak ada yang bisa kulakukan kecuali menyampaikan rasa hormat kami kepada pasukan Mesir, para penjara penjaga perang atas kemenangan mereka dalam peperangan yang panjang terhadap para tahanan, yang tidak lain warga mereka yang sebenarnya tidak melakukan kesalahan apapun. Tidak ada yang kami katakan kecuali kalimat “Tuhan kami adalah Allah “. Kami sampaikan ucapan selamat dengan kemenangan-kemenangan besar ini setelah mereka memperlakukan kami dengan kejam dan kami berharap agar mereka mendapatkan kemenangan demi kemenangan yang lain dalam berperang melawan Yahudi para perampok bumi Palestina…”

Sebelum Syaikh Mukhtar menyelesaikan perkatannya, suasana kembali berubah menjadi tidak menentu. Para militer penjara membubarkan Ikhwan dan menggiring mereka kembali memasuki sel penjara. Syaikh Haij kemudian ditahan dalam sel seorang diri sebagai hukuman karena ia dianggap telah melecehkan para militer penjara. Tapi tidak lama kemudian dia dibebaskan kembali.

Satu-satunya Shalat Maghrib
Di antara peristiwa yang sulit kulupakan dalam kehidupanku bersama Ikhwan di penjara adalah shalat Maghrib satu-satunya yang diizinkan oleh militer penjara untuk kami lakukan secara berjamaah di halaman penjara perang.

Tiba-tiba pengumuman sipir penjara mengejut­kan kami. Mereka mengizinkan kami melakukan shalat Maghrib berjama’ah sore ini. Benar-benar mengejutkan karena selama ini kami sama sekali dilarang melakukan shalat berjama’ah, meskipun di dalam sel. Membaca Al-Qur’an pun jika terdengar, maka kami akan mendapat hukuman berat.

Shalat Magrib berjamaah akan dilakukan di halaman penjara militer. Para Ikhwan segera bersemangat mempersiap­kan diri melakukan shalat berjama’ah Maghrib. Bagaimanapun, wajah mereka terlihat lebih bersemangat sore ini. Betapa tidak, mereka sudah berbulan-bulan tidak merasakan shalat berjama’ah. Mereka semua berbondong-bondong turun dari gedung penjara dan berkumpul di halaman penjara. Salah seorang Ikhwan lalu menguman­dangkan azan: Allahu akbar … Allahu akbar… Aku seperti tidak percaya dengan peristiwa ini. Apakah ini mimpi?

Para Ikhwan memintaku untuk mengimami mereka dalam shalat Maghrib itu. Aku tengggelam dalam kekhusyuan, ketenangan, ketundukan yang sulit kulupakan kenikmatannya. Aku membaca ayat demi ayat Al-Qur’an dengan bacaan yang menyentuh, menggetarkan dinding penjara yang bertingkat empat itu. Aku membaca dalam dua raka’at shalat Maghrib itu, seperempat akhir dari surat Ali Imran ayat 186:

“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang memper­sekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.”

Kemudian aku melewati bacaan ayat yang mengandung do’a yang dilantunkan para ulul albab, di ayat 191:

“(Yaitu) Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”

Aku merasa seperti tidak menginjak bumi, terbang di angkasa yang tinggi. Aku mendengar isakan para Ikhwan yang berdiri di belakang. Aku terus membacakan ayat demi ayat akhir surat Ali Imran. Aku mendapatkan banyak kandungan makna yang baru dari ayat-ayat Al-Qur’an itu dari pada sebelumnya.

Sampai akhirnya kututup dengan ayat “Yaa ayyuhallazina amanush biru wa shobiru wa rabitu wat taqullaha la’allakum tuflihuun.” (Wahai orang-orang beriman, bersabarlah dan lipat gandakanlah kesabaran kalian dan kuatkanlah ikatan kalian dan bertaqwalah pada Allah niscaya kalian menang)

Aku membacanya seperti ini:

Yaa ayuhalazina amanu shobiru
Yaa ayuhallazina amanush biru wa shobiru
Yaa ayyuhallazina amanushbiru wa shobiru wa rabitu
Yaa ayyuhallazina amanush biru wa shobiru wa rabitu wat taqullaha la’allakum tuflihun.

Aku mengucapkan salam diikuti para Ikhwan. Aku menoleh ke belakang, dan kulihat air mata membasahi pipi mereka. Aku tidak tahu apakah itu air mata kekhusyuan, air mata rahmat, atau air mata bahagia?

Subhanallah, bagaimana halaman penjara yang selama ini menjadi medan penyiksaan luar biasa, yang selama ini menjadi tempat kami dihukum di malam hari, yang menjadi tempat tangan dan kaki kami diikat dan disalib pada sebuah papan kayu melingkar untuk kemudian disiksa. Halaman yang saksikan di sana pemukulan dan siksaan bertubi-tubi atas Al-Akh Hilmi Mukmin. Tempat yang menjadi lokasi dibakarnya mushaf Al-Qur’an milik kami. Bagaimana kini tempat itu menjadi seperti masjid jami yang besar, yang bisa digunakan melakukan shalat bersejarah ini? Sejumlah polisi militer di penjara berdiri menyaksikan pemandangan ini dengan pandangan haru.

Usai shalat, para Ikhwan memintaku menyam­paikan beberapa hal, tapi aku menolaknya. Entahlah, tenggorokanku seperti tercekat dan aku merasa tidak bisa lagi bicara setelah melakukan shalat. Kemudian Al-Akh Ustadz Farid Abdul Khalik maju ke depan. Ia menyampaikan beberapa kalimat untuk membangkitkan kembali harapan dan semangat dalam diri para Ikhwan. Ia mengata­kan bahwa fajar pasti akan datang. Bahwasanya tidak putus asa terhadap rahmat Allah kecuali orang-orang kafir dan tidak putus asa dari rahmat Allah kecuali kaum yang sesat.

Sayangnya, shalat yang demikian nikmat itu, menyejukkan pandangan dan menenangkan hati, tidak pernah terulang lagi setelah itu. Ini adalah yang pertama dan terakhir. Tampaknya mereka para sipir penjara telah menyaksikan sendiri dengan mata kepala mereka, efek dari shalat berjamaah ini yang semakin mengokohkan hati dan memperkuat tekad para Ikhwan. Karena itu mereka tidak mengizinkan kami lagi untuk melakukan shalat secara berjama’ah.
Sampai suatu saat, ketika pintu penjara dibuka dan kami diizinkan berbaur, saling berkunjung, saat awal kami memasuki tahap pra pembebasan, para penjaga penjara membolehkan kami melakukan shalat jama’ah. Tapi itu tidak dilakukan di halaman penjara melainkan di setiap sel penjara. Mereka juga tidak melarang bila ada beberapa orang dari sel lain untuk ikut shalat di sel yang lain. Syaratnya hanya satu, shalat itu dilakukan di dalam sel penjara.

Meski telah lewat puluhan tahun, tapi para Ikhwan yang mengalami shalat Maghrib itu, masih terus mengingatnya. Mereka terkadang suka mengingat­kanku dengan shalat Maghrib itu jika kami bertemu. Seperti Yusuf Nada, Ikhwan yang kutemui di Swiss pada tahun 70 an, yang mengata­kan kepadaku: “Apakah engkau masih ingat shalat Maghrib saat engkau menjadi imam kami di penjara perang?” Aku katakan: “Bagaimana aku bisa melupakan shalat yang tak terlupakan itu? Aku tidak merasakan lagi kenikmatan shalat yang sebanding dengan shalat itu dalam hidupku. Atau bahkan aku juga tidak merasakan shalat yang agak mendekati kenikmatan shalat ketika itu.”

Selasa, 12 Mei 2009

PILPRES


Asww.
SBY-HNW Tertinggi Pilihan Rakyat
Jika pemilihan presiden dilakukan esok hari, ungkapnya, pasangan SBY-HNW mendapatkan dukungan terbanyak.


JAKARTA -- Pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dengan Hidayat Nur Wahid masih mendapatkan dukungan paling tinggi dibandingkan pasangan capres dan cawapres lainnya. Namun sejak pemilu legislatif, popularitas SBY terus menurun. Sedangkan pasangan Jusuf Kalla-Wiranto menyodok ke urutan kedua.

Begitulah hasil survei yang diperlihatkan Lembaga Riset Informasi (LRI) pada kurun waktu 3-7 Mei 2009 di 33 Propinsi. Direktur Eksekutif LRI, Johan O Silalahi memaparkan berdasarkan survei dengan margin error plus minus 2,2 persen ini, rakyat masih menempatkan SBY sebagai pilihan utamanya.

Jika pemilihan presiden dilakukan esok hari, ungkapnya, pasangan SBY-HNW mendapatkan dukungan terbanyak. 'SBY-HNW mendapatkan dukungan 36,2 persen,' sebutnya di Jakarta, Sabtu (9/5).

Sesuai dengan hasil survei itu, lanjut Johan, pasangan JK-Wiranto berada di tempat kedua dengan dukungan 27,6 persen. Setelah itu pasangan Megawati-Prabowo 191 persen, dan yang belum menentukann 17,1 persen. 'Incumbent memang mempunyai elektibiitas yang lebih baik,' katanya.

Survei LRI ini menggunakan responden sebanya 2066 orang. Menurut Johan, dukungan terhadap SBY ini akan sedikit menurun bila dipasangkan dengan Boediono. Ia menyebutkan pasangan SBY-Boediono didukung 32,1 persen pemilih. Posisi kedua tetap dikuasai Jk-Wiranto dengan dukungan 27,3 persen dan Megawati-Prabowo 20,2 persen. Sementara yang belum menentukan pilihan berjumlah 20,4 persen.

Keunggulan pasangan SBY-HNW juga terlihat pada perbandingan dengan para kandidat cawapres lainnya. Johan memaparkan jika dibandingkan dengan kandidat cawapres lain yang dipasangkan dengan SBY, HNW memiliki daya pilih yang paling tinggi. Disebutkannya, bila SBY dipasangkan dengan HNW dukungan yang terjadi mencapai 29,3 persen.

Sedangkan SBY-Boediono 19,2 persen, SBY-Sri Mulyani 11,4 persen. Berikutnya, SBY-Hatta Rajasa 10,2 persen, SBY-ABurizal Bakrie 8,6 persen, dan SBY-Akbar Tanjung 4,1 persen. 'HNW mempunyai pendukung dari PKS yang loyal,' katanya.

Namun Johan mencermati perkembangan suara JK-Wiranto yang ternyata mampu mengungguli Megawati-Prabowo. Bahkan, dukungan bagi JK ini diingatkannya terus meningkat usai pileg. Dengan prosentase pemilih yang masih belum menentukan pilihannya dan faktor koalisi besar antar parpol untuk saling mendukung pada pilpres, tidak tertutup kemungkinan pasangan JK-Wiranto bakal mengunggul SBY.

Apalagi, tegas Johan, popularitas SBY sejak pileg lalu terus merosot. Popularitas SBY turun lantaran kacaunya pelaksanaan pileg yang dipenuhi oleh kasus DPT. SBY tampaknya harus meminta maaf kepada rakyat atas kekacauan pileg itu. 'Sejak pileg yang paling banyak menuai badai adalah SBY,' ujarnya.


Sebaliknya, lanjut Johan, simpati rakyat terus mengalir untuk JK. JK kini dipandang sebagai sosok yang dizalimi lantaran ditolak oleh SBY sebagai pendampingnya. Padahal rakyat sudah mulai terbuka pengetahuannya bahwa selama lima tahun pemerintahan sekarang, JK merupakan motor penggeraknya. 'JK dilihat sudah bekerja keras menyelamatkan ekonomi,' paparnya. - djo/ahi

Selasa, 05 Mei 2009

KONSULTASI


Pertanyaan:
Asww.
Pada surat an-nur ayat 30-31,kita diperintahkan untuk menahan pandangan terhadap lawan jenis yg ghoiru mahram (bukan mahram) dan hal tersebut termasuk maksiat 'ain(mata), yang mau saya tanyakan:
1. Bagaimana mengimplementasikan perintah tersebut secara setiap kali kita berinteraksi,kita tak lepas dengan yg namanya"lawan jenis"?
2. Apakah ayat tersebut bersifat mujmal(global/tanpa terkecuali) atau ada istitsna'(pengecualian yg sifatnya membolehkan)?
3. Sekolahan2 dinegri ini antara siswa dan siswinya campur dalam 1 ruang kelas, yg secara otomatis tk lepas dari saling pandang. Gmn islam dalam menanggapi hal tersebut?adakah qoul yg membolehkan?
Syukron min qoblihi.

Jawaban :

Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada kita semua.

Terkait dengan menundukkan pandangan, ayat ke 30 surat an-Nur menyuruh kita untuk menundukkan sebagian pandangan; bukan menundukkan seluruh pandangan. Hal ini berbeda dengan ketika berbicara tentang kemaluan yang disuruh untuk dijaga seluruhnya tanpa ada toleransi untuk bagian tertentu.

Dari sini dapat dipahami bahwa Allah memberikan toleransi untuk sebagian pandangan. Yakni Allah membolehkan pandangan yang tidak menimbulkan fitnah. Yakni jika melihat lawan jenis tidak mengarahkan pandangannya ke bagian tubuh yang sensitif serta tidak menatapnya dengan tajam secara terus-menerus yang hal itu bisa menimbulkan fitnah. Nabi menjadikan pandangan yang rakus dan bernafsu kepada lawan jenis sebagai zina mata.

Selanjutnya, terkait dengan masalah ikhtilath (percampuran antara laki-laki dan wanita), memang Islam pada dasarnya memberi batasan mana yang dibolehkan dan mana yang tidak boleh. Karena ihktilath itu sendiri antara satu kondisi dengan kondisi yang lain bisa berbeda, tergantung situasi dan keandaannya.


Di masa Rasulullah SAW, para shahabat sebenarnya bukan sama sekali tidak bercampur dengan para wanita. Buktinya dalam banyak hadits kita temukan mereka bisa berdialog, bertanya jawab dan melakukan aktifitas sosial lainnya dengan lawan jenis.

Bahkan sebelumnya belum ada pemisahan antara wanita dan laki-laki dalam masalah pintu masjid nabawi. Barulah kondisinya lebih sesak dan mulai terasa berjejal, ada usulan untuk mengkhususkan satu pintu untuk wanita hingga hari ini.

Dalam kondisi tertentu, kita juga tidak bisa menafikan adanya kebutuhan obyektif baik dalam skala umum atau dalam ruang lingkup khusus dan tidak ada yang dapat melakukannya selain adanya pertemuan antara laki-laki dan wanita.

Karena itu, dalam hal-hal tertentu yang disebut ikhtilath masih bisa ditolerir asal memenuhi beberapa persyaratan pokok, antara lain:
A. Para wanita wajib mengenakan pakaian yang menutup aurat sesuai dengan aturan yang telah ditentukan

Allah SWT berfirman:

"Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang-orang beriman, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka

(QS Al Ahzaab 27).

B. Para wanita tidak tabarruj atau memamerkan perhiasan dan kecantikan

Allah berfirman:
”Janganlah memamerkan perhiasan seperti orang jahiliyah yang pertama

” (QS Al Ahzaab 33).

C. Wanita hendaknya tidak melunakkan, memerdukan atau mendesahkan suara

Allah SWT berfirman:

"Janganlah kamu tunduk dalam berbicara (melunakkan dan memerdukan suara atau sikap yang sejenis) sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik

” (QS Al Ahzaab 32).

D. Menjaga pandangan diantara kedua belah pihak.

"Katakanlah pada orang-orang laki-laki beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya

........"(QS An Nuur 30-31)

Kesemua ini mengarah kepada satu hal yaitu aman dari fitnah. Tapi bila dirasakan fitnah itu akan terjadi, maka para ulama pun sepakat untuk menghindari ikhtilath tersebut.

Wallahu A’lam Bish-Showab,

Jumat, 01 Mei 2009

SiapaPKS


Asww.

Itu wajar saja. Sosok partai militan selalu punya lawan dan kawan. Ini tidak aneh, sepanjang masa. Semua gerakan reformis selalu punya resistensi.

, Jakarta - Isu wahabi menyeruak di PKS saat partai politik intensif menggalang koalisi. Sebagaimana diketahui, PKS akan berkoalisi dengan Partai Demokrat dan menyodorkan kadernya sebagai cawapres SBY. Apakah isu ini mengganggu?

Anggota Majelis Syura DPP PKS Hidayat Nur Wahid mengakui pihak Partai Demokrat meminta klarifikasi perihal isu wahabi serta anti-NKRI di tubuh PKS. Isu ini jelas membuat gusar petinggi PKS.

Namun, menurut Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat Ahmad Mubarok, isu wahabi sama sekali tak merusak komunikasi politik yang kini tengah dibangun antara partainya dengan PKS.

“Kami paham siapa PKS dan Hidayat Nur Wahid. Saya tahu betul apa ideologi PKS dan apa wilayahnya,” tandasnya kepada INILAH.COM, Kamis (30/4) di Jakarta. Berikut wawancara lengkapnya:

Anggota Majelis Syura PKS Hidayat Nur Wahid mengkhawatirkan isu soal wahabi bisa menganggu komunikasi politik yang sedang dibangun dengan Partai Demokrat. Apakah betul pihak Partai Demokrat mengklarifikasi perihal rumor wahabi di PKS?

Itu mungkin ada personal Partai Demokrat yang belum paham. Mungkin saja, yang belum faham saja. Kalau saya faham betul bahwa Hidayat Nur Wahid bukan wahabi.

Perihal SMS dan aspirasi yang masuk ke Anda terkait dengan resistensi publik, jika Hidayat Nur Wahid menjadi cawapres SBY?

Itu wajar saja. Sosok partai militan selalu punya lawan dan kawan. Ini tidak aneh, sepanjang masa. Semua gerakan reformis selalu punya resistensi.

Jadi sama sekali isu wahabi ini tidak mempengaruhi komunikasi politik PKS-Partai Demokrat?

Tidak.

Bagaimana dengan kekhawatiran PKS jika keputusan SBY dan Partai Demokrat dalam memilih cawapres kelak berpijak pada fitnah yang beredar seperti saat ini seperti tentang wahabi?

Insya Allah tidak. Keberatan wajar saja. Bukan hanya soal Hidayat Nur Wahid. Misalnya, SMS yang mohon juru bicara Tim Sembilan jangan Hayono Isman, jangan Ruhut Sitompul, itu juga masuk. Jadi SMS seperti itu biasa saja.

Dengan isu wahabi yang menerpa PKS, apakah secara institusional partai cukup faham?

Secara institusional Partai Demokrat faham, saya jaminannya. Saya kenal betul ideologi PKS, wilayahnya apa, sama sekali tidak merasa terancam. Tetapi saya juga paham jika ada orang takut, karena orang tersebut belum paham. [E1]