Rabu, 17 Desember 2008

ANTI


Asww.
Israel Galang Kekuatan Anti-Islam
Tak banyak diekspos media, pada hari Minggu (14/12) kemarin di Yerusalem, berkumpul sejumlah tokoh-tokoh anti-Islam dari Israel dan luar negeri, seperti Daniel Pipes yang dikenal sangat islamofobia, Geert Wilders si pembuat film "Fitna" dan anggota parlemen Belanda dan tokoh sayap kiri di parlemen Israel, Aryeh Eldad.

Mereka berkumpul di Yerusalem dalam acara konferensi anti-Islam yang digagas Israel. Dalam konferensi satu hari itu, dalam pidatonya Wilders mengakui bahwa ia seorang pembenci Islam. Ia memuji Israel yang telah menggagas konferensi tersebut dan mengatakan bahwa konferensi anti-Islam juga harus digelar di Belanda dan di negara-negara Eropa lainnya.

Wilders juga mengatakan invasi Barat ke negeri-negeri Muslim seharusnya tidak hanya menjadikan kelompok-kelompok Islam militan sebagai target serangan mereka, tapi juga harus membidik agama Islam itu sendiri. Pidato Wilders yang berisi penghinaan terhadap Islam, Muslim dan al-Quran mendapat sambutan "standing ovation" dari para hadirin.

Sambutan itu mengindikasikan makin meningkatnya trend kebencian terhadap Islam di Israel, yang memang bersikap hangat pada tokoh-tokoh sayap kiri di Eropa yang terang-terangan bersikap rasis dan membenci Islam dan Muslim. Saat ini, Wilders memang sedang menggalan aliansi dengan orang-orang Yahudi anti-Islam di Israel dan Amerika Utara, untuk menyebarkan kebencian dan fitnah terhadap Islam.

Berbeda dengan Wilders, Daniel Pipes mengatakan, tidak bijak jika agama Islam dijadikan target serangan. Karena, jika yang dibidik Islam sebagai agama, justeru akan menimbulkan perlawanan dari umat Islam dan umat Islam akan bersatu membela agamanya.

"Mereka yang menganggap Islam lebih penting untuk dijadikan musuh dan bukan jihad, tidak menyadari adanya perubahan yang terjadi beberapa tahun belakangan ini. Kalangan Islam moderat, meski jumlahnya kecil, tapi bertambah kuat dalam dua tahun belakangan ini," ujar Pipes.

Pipes dan pembicara lainnya dalam konferensi itu mendukung AS agar melanjutkan perangnya melawan kalangan yang mereka sebut sebagai "Islam radikal", melihat fakta makin menguatnya kelompok-kelompok Islam di banyak wilayah di dunia Islam. Salah satunya kelompok Taliban di Afghanistan.

Pipes juga menyatakan mendukung kelompok-kelompok di Israel yang menolak proses perdamaian dengan Palestina di Jalur Gaza, Tepi Barat dan Yerusalem Timur dan menolak dibentuknya negara Palestina merdeka.

"Saya menganjurkan untuk menghancurkan harapan bangsa Palestina yang menginginkan kebebasan dan kemerdekaan. Karena keinginan itu sama artinya dengan keinginan untuk menghancurkan Israel," kata Pipes, seorang Yahudi Amerika yang mendukung miltansi anti-Islam Presiden George W. Bush.

Ia menyarankan agar Israel mengusir warga non-Yahudi dari wilayah Palestina-Israel dan menerapkan apartheid secara penuh untuk menghapus hak-hak bangsa Palestina.

Pembicara lainnya, Profesor John Lewis dari Universitas Duke mengatakan, perang melawan kalangan "Islam radikal" sebaiknya tidak hanya difokuskan di negara-negara Arab, tapi juga negara-negara Muslim non-Arab seperti Indonesia dan Turki.

Mengomentari konferensi itu, Profesor Studi Islam di Universitas Hebron, Ismael Shindi mengatakan, konferensi yang digelar Israel di Yerusalem itu jelas sebuah konferensi yang ingin menyebarkan kebencian.

"Orang-orang yang hadir di konferensi itu bukan cendikiawan yang menginginkan kebenaran, tapi orang-orang termotivasi oleh penyakit dan kebencian buta terhadap Islam dan Muslim. Latar belakang dan reputasi mereka, telah merusak intelektual dan moral mereka," ujar Shindi.

"Mereka dengan gampangnya mengatakan bahwa Islam adalah musuh Barat atau Islam adalah agama kekerasan. Lantas, bagaimana mereka memandang aksi-aksi kekerasan, genosida dan holocaust yang dilakukan orang-orang Kristen di Barat selama 2000 tahun, dan kekejaman-kekejaman Yahudi di era modern sekarang ini," papar Shindi.

Ia mengatakan, jumlah korban perang Muslim sejak awal Islam tidak lebih banyak dari korban akibat satu perang yang dikobarkan orang Kristen atau Eropa. Shindi menambahkan, konferensi anti-Islam itu menunjukkan makin berkembangnya aliansi antara kekuata Nazi-Yudea di kalangan orang-orang fasis di Eropa dan Israel. Aliansi itu, kata Shindi, membuktikan bahwa banyak Yahudi Zionis yang tidak lagi menentang prinsip-prinsip Nazisme.