Kamis, 29 Mei 2008

MASALAH FIQIH


Asww.

Konsultasi : Hadits
adakah syarat memakan makanan haram?
Pertanyaan:
asm..saya skrg sedang tinggal di jepang,sudah 2 tahun.tentang makanan disini,saya tdk begitu suka,karena gak terjamin kehalalanya.tapi,ada yg bilang boleh makan makanan haram,asal sebelum memakanya,kita ucapkan Bissmillah 3x,dan setelah memakanya,kita ucapkan Istighfar....apakah benar,ada hadist yg menyebutkan demikian? sekian.....wasalamualaikum
ABDURRAHMAN

Jawaban:

assalamualaikum wr.wb

Segala puja dan syukur kepada Allah Swt dan shalawat salan untuk Rasulnya.

Dalam perspektif Islam, pada dasarnya semua jenis makanan adalah halal, kecuali apabila jelas2 ada dalil yang mengharamkannya. adapun jenis makanan yang diharamkan dalam al-Quran adalah daging babi, bangkai, darah, dan binatang yang disembelih bukan atas nama Allah. namun apabila seseorang dalam keadaan terpaksa, dimana dalam keadaan lapar yang sangat, sementara yang ada hanya makanan2 haram, jika ia tidak memakannya akan mengakibatkan keburukan pada dirinya (kematian), maka ia boleh memakan makanan yang haram itu, dengan catatan tidak melampaui batas. dalam hal ini Allah swt berfirman:



فمن اضطر في مخمصة غير متجانف لإثم فإن الله غفور رحيم



barang siapa dalam keadaan terpaksa karena lapar dan tanpa sengaja berbuat dosa, maka sesungguhnya Allah Maka Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. almaidah:3).



Adapun dalam kondisi normal, seorang muslim dilarang untuk mengkonsumsi makanan2 haram. pembacaan basmalah dan istigfar tidak bisa bisa merubah sesuatu yang secara materi haram menjadi halal. adapun riwayat berikut;



عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ قَالَ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقِيلَ لَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ نَاسًا مِنْ أَهْلِ الْبَادِيَةِ يَأْتُونَنَا بِلُحْمَانٍ وَلَا نَدْرِي هَلْ سَمَّوْا اللَّهَ عَلَيْهَا أَمْ لَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَمُّوا اللَّهَ عَلَيْهَا ثُمَّ كُلُوهَا



dari Hisyam bin Urwah, ia berkata kepada Rasulullah Saw: wahai Rasulullah, sesungguhnya ada sebagian penduduk desa yang datang kepada kami dengan membawa daging (sembelihan), dan kami tidak tahu apakah mereka menyembelih dengan nama Allah atau tidak, maka Rasulullah Saw berkata: sebutlah nama Allah kemudian makanlah.



Dalam riwayat tersebut, yang menjadi permasalahan adalah setatus daging yang secara materinya adalah halal (kambing atau unta), akan tetapi sahabat ragu apakah menyembelihnya pakai nama Allah atau tidak. disinilah Rasulullah memerintahkan untuk menyebut nama Allah dan memakannya. jadi permasalahannya bukan haram secara materinya, seperti daging babi misalnya. ia akan tetap haram selamanya. sehingga tidak mungkin untuk menghalalkan daging babi tersebut dengan disebut nama Allah sebelum memakannya.



Berkenaan dengan riwayat hadits di atas, Imam Malik dalam kitabnya al-Muwatha' mengatakan: kejadian tersebut terjadi pada awal masa Islam.



Oleh karenanya, bagi muslim yang tinggal di negara atau komunitas yang mayoritas non muslim, tentu perlu berhati-hati dalam masalah mengkonsumsi makanan terlebih ketika berada di rumah makan umum misalnya. apabila seseorang sudah jelas tahu bahwa makanan2 yang ada di rumah makan tersebut di masak dengan campuran bahan2 yang menurut Islam di haramkan (spt: minyak babi), maka ia harus mengambil sikap yang jelas sebagai seorang muslim tentang keharaman makanan tersebut. namun apabila makanan itu secara materi adalah halal, tapi ia ragu dengan cara pemasakannya apakah dicampur dengan barang haram atau tidak, sedangkan indikasi untuk itu juga tidak ada, hanya keraguan yang berdasarkan asumsi saja, maka pada prinsipnya makanan itu adalah halal.



Kami yakin, hidup dinegeri seperti jepang, tidaklah sulit bagi umat islam untuk berhati-hati dalam masalah makanan, insya-Allah jalan keluar masih banyak, mungkin dengan membeli barang mentah kemudian dimasak sendiri, jika usaha untuk menjaga kehalalan harus ditempuh dengan jerih payah, insya-Allah usaha itu tidak sia-sia di sisi Allah Swt. wallahu a'lam.



wassalam

Rabu, 28 Mei 2008

PEMILU KEPALA DAERAH-PILKADAAsww.


Asww.

Hasil Quick Count LSI, AHAD Menang Tipis

"Meski baru 96 persen suara terhimpun dari relawan kami, tapi kami yakin ini tidak akan berubah drastis. Untuk toleransi kesalahan sekitar 1 sampai 2 persen," kata Herman Heizer, peneliti LSI, saat menggelar jumpa pers di Hotel Grand Tiga Mustika.

BALIKPAPAN, SENIN - Hasil penghitungan cepat Lembaga Survei Indonesia (LSI), Senin (26/5), menyebutkan pasangan Achmad Amins-Hadi Mulyadi sementara unggul pada Pemilihan Gubernur Kaltim dengan perolehan suara 18.877 atau sekitar 28, 14 persen. Amins menang tipis dari pasangan Awang Faroek-Farid Wadjdy yang memperoleh suara 18.212 atau sekitar 27,15 persen.

"Meski baru 96 persen suara terhimpun dari relawan kami, tapi kami yakin ini tidak akan berubah drastis. Untuk toleransi kesalahan sekitar 1 sampai 2 persen," kata Herman Heizer, peneliti LSI, saat menggelar jumpa pers di Hotel Grand Tiga Mustika.

Akan tetapi ia mengingatkan, jika toleransi kesalahan 2 persen maka Amins menang. Tapi jika toleransi kesalahan 1 persen, maka akan terjadi putaran kedua Pilgub Kaltim. Karena tidak ada kandidat yang memperoleh suara 30 persen, sesuai yang disyaratkan Undang-undang Nomor 12 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Pilkada. (Tribun Kaltim/bdu/lia)

Jumat, 23 Mei 2008

PEMIMPIN YANG PEDULI / RESPONSHIF


Oleh : Ispiraini Lc


Di zaman kekhalifahan Umar bin Khattab, pernah terjadi krisis luar biasa atau terkenal dengan istilah 'Am Ramadah yang terjadi sekitar tahun 18 Hijriyah. Kata ramada bagi orang Arab merupakan ungkapan ketika terjadi kebinasaan, banyak orang yang meninggal, dan sebagainya. Ibnu Sa'ad, seorang sejarawan Muslim, melukiskan, ''Saat itu, terjadi bencana yang hebat, kekeringan terjadi di mana-mana, binatang mati bergelimpangan, orang-orang mati kelaparan, sampai ada yang menggali lubang tikus untuk mencari makanan penyambung hidup.''

Pertanian di waktu itu gagal total karena hujan tak kunjung turun dan tanah-tanah yang mengering menimbulkan debu sepanjang hari. Kondisi ini diperparah dengan munculnya penyakit menular di negeri Syam. Padahal, Hijaz (Makkah dan Madinah) sangat bergantung dengan barang-barang impor dari Syam. Karena pedagang Hijaz tidak berani melakukan perjalanan dagang ke Syam, stok barang di Hijaz pun semakin langka dan sudah bisa dipastikan harga kebutuhan masyarakat melambung tinggi. Harga segelas susu dan sekantong keju saja bisa mencapai empat puluh dirham.

Dalam kondisi semacam ini, Umar bin Khattab memperlihatkan kepedulian seorang pemimpin umat, yang tentu menjadi teladan berharga bagi generasi berikutnya. Selama masa krisis, beliau tidak pernah mau makan di rumah salah satu putranya, bahkan makan bersama salah satu istri tercinta sekalipun. Umar juga bersumpah untuk tidak makan keju dan roti yang merupakan makanan favoritnya.

Kepedulian terhadap penderitaan rakyat bukan hanya milik pribadi Umar. Semua anggota keluarganya pun harus menunjukkan hal yang sama. Maka, ketika anaknya yang masih kecil memegang sepotong semangka, Umar menegurnya, ''Bagus, wahai putra Amirul Mukminin! Kamu makan buah-buahan, sedangkan umat Muhammad mati kelaparan.''

Tiap tengah malam, Umar selalu berdoa, ''Ya Allah, janganlah Engkau jadikan kebinasaan umat Muhammad di tanganku dan di dalam era kepemimpinanku.'' Walaupun krisis yang melanda begitu luar biasa, tetapi tidak ada satu pun yang protes, apalagi mendemo Umar bin Khattab. Kelaparan dan kemiskinan tidak membuat mereka melakukan tindakan anarkis, hilang akal sehat, atau bunuh diri.

Semua sadar bahwa apa yang mereka rasakan juga dirasakan oleh sang khalifah, bahkan oleh semua keluarga khalifah. Umat merasa senasib sepenanggungan dengan pemimpin mereka. Sehebat apa pun pemimpin itu, secerdas apa pun solusi dan kebijakan yang ditawarkan pemimpin, semuanya tidak terlalu berarti ketika rakyat sudah pesimistis dan hilang kepercayaan kepada pemimpinnya

KOKOH /SOLID


80 Tahun Al-Ikhwan Al-Muslimun… Pembentukan Yang Kokoh

ASWW. Ikhwanonline.com

Disaat umat Islam berada dalam kebodohan dan kegelapan, dan ketika pemahaman Islam yang komprehensif mengalami penyempitan dan terbatas posisinya hanya di masjid dan tidak memiliki peran dan tempat dalam lini kehidupan, begitupun disaat umat Islam merintih akibat kejatuhan yang berkepanjangan terhadap khilafah Islam sehingga mengarah pada hilangnya semangat dan gairah umat dan kehilangan sumber kekuatannya… Namun di tengah kedzaliman dan kegelapan, muncul cahaya yang bersinar ke segala penjuru, menghembuskan ruh kembalinya kehidupan terhadap dakwah yang agung, yang dibawa oleh seseorang yang digerakkan oleh pertolongan Allah untuk mengemban amanah dakwah yang berat dan untuk mengembalikan sinar dan cahayanya yang baru sehingga menyebar ke pelosok dunia.

Demikianlah imam As-Syahid Hasan Al-Banna muncul di dunia ini dengan dakwah yang kekal yang datang tepat pada waktu dan posisinya, untuk membangun kembali jama’ah mu’minah yang mampu mengemban dakwah ini sebagai amanah Allah di setiap leher yang menisbahkan diri kepadanya, beliau berkata dengan lantang pada saat berkhutbah dihadapan al-ikhwan untuk memperbaharui tujuan : “Demikianlah yang diinginkan Allah untuk mengemban warisan yang berat ini untuk diikuti, sehingga bersinar cahaya dakwah di seluruh penjuru dunia yang penuh dengan kegelapan, sehingga Allah berkenan meninggikan kalimat-Nya dan menampakkan syariat-Nya”.

Maka dari itu asas dakwah Al-Ikhwan terfokus pada tiga hal (al-fahmu al-amiq (pemahaman yang mendalam), at-takwin ad-daqiq (pembentukan yang kokoh), al-amal al-mustamir (kerja yang terus menerus), silsilah ini disampaikan agar kita mendapatkan darinya akan prestasi yang tidak jauh dari 3 fokus diatas, kita telah sampaikan sebelumnya tentang pemahaman yang mendalam, karena itu saat ini akan kita bahas tentang pembentukan yang kokoh.

Metode dari sangat kekasih

Ketika Allah mengutus nabi-Nya ditegaskan akan risalahnya, dengan firman Allah:

هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الأُمِّيِّينَ رَسُولاً مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمْ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ

“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. (Al-Jumu’ah:2)

Allah menjelaskan bahwa tarbiyah dan tazkiyah adalah sebagai pendahuluan dalam ta’lim dan tatsqif, dan dari sini pula, bahwa manhaj Al-Ikhwan dalam tarbiyah mengikuti manhaj sang nabi tercinta, bukan bid’ah; maka dari itu tarbiyah Al-Ikhwan bersumber pada kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya.

Dan Allah telah memilih Imam Al-Banna untuk berjalan diatas jalan nabi tercinta Nabi saw dengan membersihkan unsur-unsur yang baik guna mengemban amanah dakwah dan jihad, menyatukan sebagiannya dengan sebagian lain, seperti yang terjadi di dar el arqom, imam Al-Banna memperhatikan tarbiyah dengan perhatian yang besar, sehingga dibuatlah manhaj dan uslub yang dapat ditunaikan dalam mempersiapkan individu muslim dan menjadikannya berada di jalan yang benar, menghidupkan kembali dar el arqom dan apa yang ada di dalamnya dengan melakukan persiapan dan pembinaan, mencetak para pemilik keyakinan dan keteguhan, membawa para ikhwannya pada uslub tarbiyah yang sesuai dengan manhaj Islam, dan menjadi insan yang amanah dalam melakukan kerja besar, membinanya dan memperhatikan unsur-unsurnya (baik ruh, akal dan jasad); seimbang antar semua unsur tersebut.

Dan semenjak itulah gerak dakwah dimulai yaitu dengan melakukan pembentukan ma’had Hira Islam dan Dar Ummahat Al-Mu’minun; guna mencetak generasi yang beriman yang terbina atas Islam dan prinsip-prinsipnya, kemudian berkembang menjadi kerja tarbawi dalam bentuk yang tersistem, jaulah dan kasyafah, kemudian system katibah, sehingga kokoh hingga berakhir pada system usrah dalam lingkup kerja sama.

Dakwah yang abadi

Perjalanan dakwah Al-Ikhwan Al-Muslimun telah banyak melakukan dakwah perbaikan; sehingga ketika membaca perjalanan sejarahnya akan tampak perbaikan yang banyak, melintasi fase yang memenuhi pendengaran dan penglihatan, kemudian tidak pernah terjadi pelenturan, fatrah atau inhiraf (penyimpangan) sejak awal pembentukannya dan tidak berubah prinsip-prinsipnya walaupun telah melewati beberapa fase, atau berubah arusnya dalam memahami berbagai peristiwa dan perkembangannya, setelah satu atau dua generasi dakwah ini atau sekalipun setelah terjadi peristiwa dahsyat yang menimpa jama’ah ini dan menjadi kenangan sejarah.

Dakwah Al-Ikhwan yang telah dihadirkan oleh seorang pendiri rahimahullah “di tengah berbagai peristiwa yang menyedihkan dan banyak kejadian yang pahit, yang muncul pada siang malam, menahan arus yang deras dan besar dalam dakwah yang bergemuruh disegala pelosok dunia, berjalan mengikuti gelombang yang tinggi di berbagai tempat yang subur, siap menghancurkan berbagai tipu daya dari angan-angan, janji-janji dan propaganda… kita hadir dengan dakwah ini, kami al-ikhwan al-muslimun, walaupun tenang namun lebih geraknya kencang dari tiupan angin topan yang dahsyat, merendah diri namun lebih kokoh dari gunung yang tinggi dan kuat, terbatas jalannya namun lebih luas dari garis lintas sektoral sekalipun, bersih dari berbagai propaganda palsu dan dusta, dan tetap memelihara akan kemuliaan kebenaran yang agung, wahyu yang mulia dan lindungan Allah, bersih dari ketamakan, hawa nafsu dan kepentingan-kepentingan pribadi serta tujuan-tujuan individualistis, yang dengan itu semua mampu mewariskan orang-orang yang beriman dan jujur dalam kerja demi menggapai kebahagiaan di dunia dan surga di akhirat kelak”.

Dan dakwah Al-Ikhwan Al-Muslimun masih tetap eksis dan kokoh serta tegas sekalipun pendirinya telah pergi pada 80 tahun lalu, berjalan di lintasan satu prinsip; tidak ada penyimpangan atau perubahan sedikitpun, atau pudar dan mati cahayanya atau berbalik haluannya, sekalipun harus melewati berbagai macam pembersihan dan pembantaian, atau pemenjaraan dan penangkapan, sekalipun harus melewati berbagai macam ujian dan konspirasi, barbagai macam kendala, hambatan dan siksaan, namun generasi demi generasi tetap bermunculan dan berdatangan serta yang simpati terhadap dakwah ini, generasi yang berjalan dalam satu arah, satu prinsip dan satu tujuan yang berjuang demi dakwah tersebut, sehingga sampai hari ini telah menyebar ke berbagai Negara hingga 90 negara di dunia; hal tersebut terjadi adalah karena karunia, keberkahan dan perlindungan Allah terhadap dakwah ini, diiringi dengan kekokohan pembentukan, pewarisan, tarbiyah dan penyiapan generasi yang solid pada jamaah ini.

Tarbiyah adalah dasar pembentukan

Imam Al-Banna mengajak kita untuk menolehkan pandangan pada tarbiyah, beliau menegaskan akan pentingnya keteguhan setiap individu terhadap tarbiyah dan mujahadah (kesungguhan) sehingga menjadi batang yang kokoh dan generasi yang sempurna, beliau berkata: “bahwa ma’rakah (perjuagan) kita paling utama adalah tarbiyah” guna menumbuhkan ditengah-tengah umat akan pemahaman bahwa apapun bentuk dakwah yang tidak di dasarkan pada kerja tarbiyah pada hakikatnya adalah ibarat fatamorgana yang menipu, dan Imam Al-Banna memahami bahwa pembangunan generasi merupakan suatu keharusan dalam usaha melakukan perbaikan, dan diantara keistimewaan dakwah Al-Ikhwan dari yang lainnya adalah karena Al-Ikhwan berjalan dengan tarbiyah yang mampu mewujudkan eksistensi dan tawrits dakwah, dan hal tersebut merupakan bentuk yang menakjubkan dalam jamaah ini seperti yang disebutkan oleh imam Al-Adwi sebagai “Jamaah Tarbawiyah”.

Tarbiyah menurut Al-Ikwah adalah satu-satunya jalan untuk dapat membangun generasi yang shalih dan bertaqwa, sebagai satu-satunya jalan untuk mewujudkan sosok muslim yang jujur dan memiliki jiwa pejuang, dan Al-Ikwhan memahami bahwa tarbiyah membutuhkan jalan panjang dan berat serta memiliki banyak rintangan dan hambatan, sehingga tidak ada yang mampu bersabar menjalankannya kecuali hanya sedikit saja. Namun ini merupakan satu-satunya jalan menuju satu tujuan dan tidak ada alternative lainnya, sehingga dengan itu pula Al-Ikhwan menamakan gerakan ini dengan sebutan “Sekolah pembinaan dan pembentukan atas dasar manhaj yang komprehensip dan agung”… madrasah yang menjadikan agama sebagai sumber kehiduapn, madrasah yang mampu mentarbiyah sosok individu, melakukan perjanjian dengannya dan membentuknya memiliki sifat-sifat sosok muslim yang shalih dan sempurna baik pemahaman maupun keyakinan, akhlah dan prilaku, sehingga menghadirkan contoh yang agung sepanjang sejarah dan perjalanannya, dan menjadi sebaik-baik madrasah. Dan sekiranya tidak ada tarbiyah maka Al-Ikhwan tidak akan mampu menghadapi zionis dan mengalahkannya saat terjadi perang di bumi Palestina, menghadapi pasukan Inggris di terusan Suez, menghadapi berbagai ujian, cobaan, penjara, siksaan dan celaan yang mendera mereka.

Imam al-Banna merupakan pionir disaat terjadi perubahan pada sisi Islam yang mulia dari sekedar pandangan-pandangan teoritis yang terdapat dalam buku-buku kepada alam realita yang dapat dirasakan dan disentuh melalui tarbiyah dan takwin, dan menegaskan akan pentingnya memantau barisan dan membersihkannya dari kelemahan, beliau berkata: “Jika diantara kalian adalah kelompok yang sakit hatinya, menyembunyikan tujuan terselubung, ketamakan yang ditutup-tutupi dan kecewa pada masa lalu, maka keluarkanlah semuanya dari jiwa kalian; karena yang demikian akan menjadi pembatas masuknya rahmat, penutup masuk cahaya dari taufik ke dalam hati”.

Kandungan tarbiyah

Al-ikhwan telah memberikan batasan konsep tarbiyah dan takwin sebagai berikut:

1. Metode yang bersinergi dalam berinteraksi denga fitrah manusia dalam bentuk arahan langsung; baik dengan kata-kata dan qudwah (ketauladanan), sesuai dengan manhaj dan sarana khusus untuk melakukan perubahan manusia untuk menjadi lebih baik.

2. Susunan pengalaman tarbiyah yang digerakkan oleh jamaah terhadap individu dengan tujuan untuk membantu mereka melakukan pertumbuhan yang komprehensip, integral dan seimbang dalam berbagai sisinya (iman dan akhlak, sosial dan politik, akal dan jiwa, tsaqofah dan seni, jasad dan ruh); dengan pertumbuhan yang mengarah pada perbaikan prilaku dan bekerja untuk mewujudkan tarbiyah sholihah yang diidam-idamkan.

3. Merubah manusia dari satu kondisi ke kondisi yang lain, dalam (pandangan dan ideologi, perasaan dan indra, tujuan dan sarananya), pembentukan yang menembus ruh, alam nyata dan rasa, bukan hanya dalam bentuk nyata saja, yang direfleksikan dalam perjuangan dan kesungguhan yang menyatu pada individu sosok yang ditarbiyah dan dari orang yang teguh dengan tarbiyah, mampu melintasi jalan pantang yang menyebar menyentuh setiap individu, keluarga dan masyarakat sesuai dengan system dan bangunan Islam yang integral; dengan memperhatikan piramida perubahan yang diidam-idamkan; “pengetahuan, perasaan dan prilaku” atau “jiwa, hati dan raga”, sebagai manhaj untuk melakukan pembentukan yang diawali oleh individu.

Karakteristik dan Keistimewaan Tarbiyah

Imam berkata tentang tarbiyah “Bahwa dakwah Al-Ikhwan memiliki keistimewaan khusus dengan karakteristik yang berbeda dari banyak dakwah lainnya; baik yang satu masa dengannya atau pada masa lainnya, dan diantara karekateristiknya adalah: “Perhatiannya terhadap pembentukan dan memiliki tahapan dalam setiap langkah-langkahnya”. Dan pembentukan dan tarbiyah yang kokoh menurut al-ikhwan memiliki ciri dan keistimewaan khas yang tidak boleh diingkari oleh para murabbi, yaitu diantaranya:

1. At-tarbiyah ar-robbaniyah (Tarbiyah Robbaniyah): Bahwa kita memiliki dakwah robbaniyah yang loyal kepadanya, dan diantara ciri khas dakwah robbaniyah ini adalah

a. Al-masdar ar-robbani (Sumber yang robbani), dengan artian bahwa dakwah ini menerima segala perintahnya dari Allah, berjalan sesuai dengan kehendak Allah, dan sesuai dengan apa yang telah diwajibkan-Nya atas kita

b. Al-Ittijah ar-robbani (Arah yang robbani), dengan artian bahwa kami hanya berharap segala usaha dan kerja kami hanya karena Allah dan mencari ridha-Nya, dan dari sini kami semua bebas dari berbagai tuduhan (seperti tujuan menghalalkan segala cara); karena kami berusaha menjadikan arah Robbani sebagai manhaj kami

c. Al-wasilah ar-robbaniyah (Sarana yang robbani); yaitu bahwa kami tidak berjalan dalam melakukan perubahan menggunakan sarana lain yang ditolak oleh syariat, sehingga mampu mewujudkan tujuan yang robbani.

2. At-tarbiyah As-syumuliyah (Tarbiyah Yang Menyeluruh): yaitu tarbiyah yabg mencakup berbagai potensi jiwa manusia (akal, perasaan dan prilaku), sehingga memberikan pembentukan pada segala potensi tersebut haknya dalam melakukan perubahan dan sempurna dalam melakukan proses perubahan tarbiyah, jika tidak maka perubahan yang kita lakukan merupakan perubahan yang sia-sia dan hampa, dan hanya menghasilkan individu yang hampa pula.

3. At-tarbiyah al-wastiyah (Tarbiyah Yang Moderat): yaitu tidak ada ifrat (pengurangan) dan tafrith (berlebihan) di dalamnya, tidak cenderung pada satu sisi terhadap kepentingan sisi tertentu, tidak berlebihan pada satu perkara dan mengindahkan perkara lainnya, namun menggunakan segala perkara dengan moderat, adil dan seimbang.

4. At-tarbiyah al-insaniyah (Tarbiyah Yang Manusiawi): yaitu terbiyah yang membuka interaksi dengan jiwa manusia bukan benda mati; yang dalam perjalanannya menggunakan sunnah ilahiyah dalam berinteraksi dengan jiwa manusia, dan menyadari bahwa setiap jiwa memiliki prinsip-prinsip, sendi-sendi, karakter, perasaan dan indra yang harus selalu diperhatikan.

5. At-tarbiyah al-manhajiyah (Tarbiyah Yang Bertahap): yaitu tarbiyah yang selalu bertahap dalam langkah-langkah dan fase pembentukannya sesuai dengan prinsip bertahap, dan sesuai dengan konsep yang tersusun rapi, tergambar dan jelas karakternya, tidak terburu-buru, tidak mendahului realita dan tidak melampaui tingkatan tangga tarbaiyah yang diidam-idamkan, karena barangsiapa yang tergesa-gesa sebelum tiba waktunya maka akan mengalami penyesalan.

6. At-tarbiyah al-mustamirrah (Tarbiyah Yang Berkesinambungan): Yaitu tarbiyah yang diawali dari semenjak kelahiran hakiki jiwa manusia; dengan konsep komitmen terhadap dakwah dan tarbiyah, bahkan bisa jadi dimulai pada umur balita, kemudian dilanjutkan sesuai dengan perjalanan hidupnya secara sistemik hingga akhir hayatnya; yaitu kerja tarbiyah yang tidak pernah berhenti “Dan Beribadahlah kepada Tuhanmu hingga datang kematian” (Al-Hijr: 99), karena itu seseorang tidak boleh menuduh bahwa dirinya memiliki tingkat paling atas (senioritas) dalam kerja tarbiyah bagaimanapun posisinya.

7. At-tarbiyah al-ijabiyah (Tarbiyah Yang Positif): Yaitu dakwah menuju cita-cita yang waqi’i dan efektivitas dalam kerja, terpokus pada pembahasan tentang jiwa yang positif, yang dimulai dari dalam diri, terpokus padanya dan berusaha meningkatkan potensi yang ada di dalamnya, menggelorakan jiwa yang positif dan konstruktif, efektif dan produktif, menyebarkan jiwa optimis dalam diri serta selalu memandang seperti gelas yang berisi air hampir penuh bukan kosong melompong.

8. At-tarbiyah al-waqi’iyah (Tarbiyah Yang Realistis): yaitu tarbiyah yang diawali dari jiwa seadanya, berkomunikasi sesuai dengan kondisi dan realita yang melingkupinya.

9. At-tarbiyah al-murunah (Tarbiyah Yang Elastis): yaitu tarbiyah yang sejalan dengan kondisi amal dakwah; individu dan masyarakat yang melingkupinya.

10. At-tarbiyah al-harakiyah (Tarbiyah Yang selalu dinamis dalam Bergerak): yaitu tarbiyah yang dibangun atas dasar pembinaan medan yang realistis, bukan sekedar ideology atau teori belaka.

11. At-tarbiyah ad-daqiqah wal amiqoh (Tarbiyah Yang Kokoh dan Mendalam): yaitu tarbiyah yang bukan hanya tampak pada permukaan, namun merasuk ke dalam lubuk hati manusia daalam berbagai ajaran, sarana dan bentuk-bentuknya.

Tujuan Tarbiyah

Imam Al-Banna juga telah menargetkan tujuan dari pembentukan yang kokoh dalam jama’ah, dan menjelaskan bahwa tarbiyah dan takwin menurut al-ikhwan memiliki dua tujuan:

1. Ghoyah qoribah (Tujuan jangka pendek)

Yaitu tujuan yang berkaitan dengan taklif ilahi terhadap setiap individu, yang berusaha dicapai sejak awal tarbiyah, berjalan di dalam lintas yang seimbang dan tidak tergesa-gesa dalam mewujudkannya, adapun bentuk tujuan yang dilakukan adalah (perbaikan individu muslim, pembangunan rumah tangga Islam, dan mengarahkan masyarakat pada kehidupan yang Islami) semua itu sesuai dengan syarat-syarat pembentukan, tarbiyah dan taghyir (perubahan), seperti yang dijelaskan oleh Imam Al-Banna, beliau berkata: “Bahwa pertama kali yang kami inginkan adalah bangkitnya ruh, hidupnya hati dan kebangkitan yang hakiki dalam jiwa dan perasaan, yang kami inginkan adalah jiwa yang selalu hidup, kuat dan semangat”.

2. Ghoyah ba’idah (Tujuan jangka panjang)

Yaitu tujuan yang berkaitan dengan taklif ilahi terhadap jamaah, dan boleh jadi sebagai fase selanjutnya, namun tidak boleh diabaikan, hal tersebut tercermin pada (pembentukan pemerintahan yang Islami, mengembalikan khilafah yang diidamkan hingga mencapai pada kepemimpinan dan guru bagi dunia seleuruhnya).

Wasaial tarbiyah (Sarana-sarana tarbiyah)

Jamaah Al-Ikhwan Al-Muslimun dalam dakwahnya juga menggunakan sarana yang beragam dalam rangka membangun dan membentuk setiap individu, sehingga memiliki pengaruh besar dalam menyiapkan dan mentarbiyah generasi selanjutnya dalam dakwah yang penuh berkah, menjadi generasi yang siap pakai (amil,aktivis) dan mujahid demi mencapai kemenangan agama ini, dan beliau telah menetapkan sarana tarbiyah yang digunakan sepanjang perjalanan dakwah yang tidak memiliki alternative lain dan tidak membutuhkan yang lainnya, dan sarana-sarana tersebut hingga saat ini masih relevan untuk diterapkan guna mewujudkan tarbiyah yang bersih dan moderat bagi setiap individu, dan jamaah telah menentukan bagi setiap sarana perannya dalam pembangunan dan takwin (pembentukan), yaitu:

1. Al-usrah:

Yaitu sebagai batu pertama dalam pembangunan dan pembentukan jama’ah, dan juga sebagai dasar pembentukan bagi setiap individu, dan bahkan sebagai sarana yang efektif dalam tarbiyah setiap individu melalui tarbiyah yang integral, mencakup seluruh sisi dan potensinya, dibentuk dengan formulasi Islam sesuai dengan kitab Allah dan sunnah rasul-Nya, dan sarana ini merupakan konsentrasi utama yang menjadi pijakan dalam pembangunan jama’ah pada tarbiyah yang sesuai dengan nidzam (system) usar; guna menjamin kelanggengan dan mempersiapkna individu pada pembentukan Islam yang intergral.

Oleh karena itu imam Syahid Hasan Al-Banna berkata: “Islam memotivasi terhadap pembentukan usar dalam keluarganya, mengarahkan mereka pada nilai-nilai yang mulia, mempererat ikatan diantara mereka, meningkatkan ukhuwah pada ucapan, konsep hingga ketingkat kerja dan aksi”, Hasan Al-Hudaibi juga berkata: “Tidaklah Nizham usar akan terbentuk kecuali mampu mewujudkan nilai-nilai Islam secara nyata di tengah al-ikhwan, jika mereka telah mampu mewujudkannya dalam jiwa mereka maka berhak bagi mereka menanti apa yang telah dijanjikan oleh Allah dengannya kepada orang-orang yang beriman akan kemenangan”.

Dan nizham usar dianggap sebagai bangunan yang kokoh bagi jama’ah; sehingga mampu melakukan tugas dan tanggung jawab serta kewajiban untuk merealisasikan kemengangan agama ini, serta mewujudkan kekuatan dan kemuliaan bagi umat Islam.

2. Al-kataib:

Bertujuan mentarbiyah ruh, melembutkan hati, membersihkan jiwa dan membiasakan jiwa dan raga untuk memenuhi panggilan ibadah secara umum, dan untuk tahajjud, dzikir, tadabbur, tafakkur secara khusus.

3. Rihlah:

Yang bertujuan memperkuat badan, memberikan rehat pada jiwa, memperkokoh hubungan antar anggota, memperdalam ikatan diantara mereka, sebagaimana juga bertujuan melatih anggota untuk bergantung pada jiwa, bersikap baik, menanggung beban dan komitmen dengan nizham, melatih disiplin dan mendapatkan pengalaman secara nyata.

4. Mu’askar:

Bertujuan mensibghah kehidupan seseorang dengan shibghah Islam pada fase dan hari-hari tertentu; sehingga mampu mendapatkan prilaku Islam dan adab-adab Al-Qur’an, melatih diri menjadi prajurit dengan berbagai bentuknya, baik ketaatan, system, ketahanan, kedisipilinan dan komitmen, sebagaimana juga melatih untuk mampu menanggung beban tanggung jawab secara nyata, memahami beban-bebannya dan kewajiban-kewajibannya.

5. Seminar-seminar:

Yaitu dengan memberikan kesempatan yang baik kepada setiap individu untuk mengikuti dan berpartisipasi dalam diskusi dan dialog, sebagaimana juga bertujuan memperdalam dan memperluas penumbuhan sisi ideology dan tsaqofah pada setiap individu dan menumbuhkan kesadaran, memperdalam pengetahuan terhadap permasalahan yang sedang terjadi.

6. Daurah-daurah:

Yaitu bertujuan meraih dan melatih individu pada keterampilan mendasar dan lazim dalam berbagai bidang dan aktivitas dakwah, sebagaimana juga bertujuan memberikan pengalaman dan eksperimen secara nyata dalam bentuk komunikasi yang efektif pada pemilik spesialis dan pengalaman.

7. Nadwah-nadwah:

Maksudnya adalah mempelajari permasalahan dan problematika yang sedang terjadi dan memahaminya dari berbagai sisi dan kiat berinteraksi dengannya, sebagaimana juga berfungsi memperdalam kesadaran pada setiap individu dan dalam rangka menyatukan persepsi mereka terhadap apa yang dapat diwujudkan pada persatuan konsep dan ideology.

Sarana-sarana tarbiyah ini, dengan keintegralan dan keuniversalannya menggambarkan akan kebenaran karakteristik manhaj tarbiyah menurut al-ikhwan al-muslimun, dan menunjukkan akan kecedasan pembangunan dan pembentukan menurut imam syahid Hasan Al-Banna, yang mampu menyatukan dan membina generasi para pemilik kesungguhan yang tinggi dan azimah yang kuat, dan orang yang mau berjalan diatas jalannya dan para duat disepanjang masa dan tempat.

Kaidah-kaidah pembentukan

1. Bahwa takwin (pembentukan) bertujuan membersihkan unsur-unsur yang baik untuk mampu menanngung beban jihad dalam mewujudkan tujuan dan misi-misi yang dengannya dakwah al-ikhwan tegak berdiri, dakwah pada fase pembentukan khususnya tidak akan sampai pada tujuannya kecuali bagi siapa yang memiliki persiapan yang hakiki untuk menanggung beban jihad sepanjang masa dan banyak pengikutnya.

2. Bahwa tujuan takwin yang asasi adalah membangun individu muslim yang integral dalam fikrah dan akhlak, jiwa dan prilaku; karena itu tarbiyah ruhiyah merupakan asas pembentukan.

3. Pembentukan kesadaran dalam tarbiyah mencakup: kesadaran akidah dengan tetap istiqomah pada jalan para salafusshalih, melindunginya dari perkara-perkara baru dan bid’ah, imam syahid berkata: “Harakah kita memiliki kedisiplinan dengan akidah, dan akidah kita tumbuh dengan harakah kita”; Kesadaran fiqh yang membawanya pada mengikuti nash yang benar dimana saja berada, tanpa dikuasai oleh lisan para muqollid; Kesadaran politik yang mampu menjauhkannya dari kungkungan musuh, membuka matanya akan bentuk-bentuk bahaya dan pandangan-pandangan yang menyimpang secara mendalam, dan agar menguasai kesempatan dan waktu yang potensial.

4. Bahwa tahapan dalam langkah merupakan dasar dan fiqh amal dalam dakwah al-ikhwan al-muslimun, seperti yang diucapkan oleh Imam Al-Banna dalam risalahnya : “Apakah kita merupakan kelompok aktivis”: hal itu jelas dan tampak dalam langkah-langkah yang dilakukan dalam jalan dakwah Islam yang pertama; maka Allah meletakkan manhaj yang tertentu yang dilakukan oleh umat Islam masa pertama –semoga Allah meridhai mereka- kepadanya dari dakwah secara sembunyi-sembunyi, kemudian mengiklankan dan memproklamirkan dakwah ini tanpa rasa lelah dan bosan, kemudian hijrah menuju hati yang subur dan jiwa yang siap siaga, sehingga membentuk persaudaraan diantara jiwa-jiwa tersebut, memperkokoh nilai-nilai keimanan di dalam hatinya, kemudian kembali memproklamirkan secara sungguh-sungguh, dan membersihkannya dari kebatilan menuju kebenaran”.

Buah Tarbiyah

Takwin yang dibangun oleh pemilihan para anshar dan mempersiapkan setiap individu, menyatukan shaf (barisan) diantara para mad’u yang mendengar seruan ini dan puas dengannya, dan akhirnya tarbiyah dalam dakwah al-ikhwan mampu memberikan buah positif dalam masyarakat dan umat secara keseluruhan, diantaranya:

1. Bergabungnya jamaah lebih dari satu setangah juta orang dalam dakwah ini pada masa pertama, mereka terbina diatas prinsip-prinsip dan nilai-nilai Islam, sehingga mereka menjadi pionir yang siap menjadi pembawa risalah dan duat bagi agama ini; mengorbankan jiwa dan harta mereka yang sangat harga di jalannya.

2. Mengubah prinsip-prinsip dari teori menjadi harakah, dari sekedar ideology pada kenyataan yang dapat dirasakan, dari sekedar risalah hingga membentuk generasi, dari sekedar manhaj hingga pada sosok pendakwah, berpindah dari keraguan syi’ar menuju syiar yang konkrit dan pasti hingga pengaruh dari tarbiyah adalah jelas: “Berani dalam kebenaran, istiqomah dalam akhlak, bangga dengan agama, bersungguh-sungguh dalam belajar, generasi baru yang gagah, tsaqofah Islam yang bersinar, terukur dalam penjelasan yang cemerlang”.

3. Keteguhan orang-orang yang tertangkap dan dibelenggu dirinya pada tahun 50 an dan 60 an, hingga mencapai lebih dari 35 ribu orang, namun mereka tetap teguh dan tegar dalam menghadapi ujian kecuali hanya dalam jumlah yang terbatas, hal ini merupakan sunah dalam dakwah, dan kelak sunnah ini akan terus berlangsung pada generasi demi generasi yang teguh dan tegar dalam dakwah, sekalipun dihadapkan pada hukum militer terhadap 7 orang seperti yang dialami dalam sejarah al-ikhwan hingga terakhir terjadi terhadap hukuman yang dijatuhkan pada Syathir dan teman-temannya.

4. Bergegasnya al-ikhwan untuk keluar ke medan jihad, berlomba dengan kesemangatan yang tinggi untuk meraih syahid di jalan Allah, sehingga beribu-ribu orang dari Mesir, negeri Syam, Iraq, Hijaz dan Yaman pergi untuk berjihad di Palestina tahun 1948.

5. Kembalinya jiwa pada berbagai nilai-nilai yang merupakan pengaruh dari generasi para sahabat dan tabi’in, seperti ruh ukhuwah yang unik, itsar yang jarang, kecintaan yang kuat kepada Allah dan pengorbanan yang agung… etc.

6. Bermunculan dan merebaknya “sekolah-sekolah tarbiyah dan takwin atas manhaj Islam yang universal dan agung” diseperempat dunia saat ini; sehingga menyebar lebih dari 90 negara yang mengikuti langkah dan manhaj tarbiyah al-ikhwan; menyeru kepada para generasi yang siap meneriman untuk menjadi salah satu muridnya, mengungkapkan janji dan mentarbiyahnya sehingga memiliki sifat-sifat seorang muslim yang benar dan sempurna.

7. Apa pengaruh tarbiyah Islam dalam pembentuk pemuda?! Kalianlah pengaruhnya, yaitu dengan berhasil menghancurkan keras jiwa manusia menjadi pemuda seperti kalian; pemuda yang berpegang teguh , kuat, patuh, tegar dan beriman; menjual dirinya untuk Allah; kalian adalah pemberi petunjuk yang hidup dalam tarbiyah Islam.. kalian adalah penyambung risalah Allah; karena seorang muslim yang hidup dan aktif adalah penyambung lidah Allah dimuka bumi ini”.. demikian ungkapan As-syahid Sayyid Qutb.

8. Bahwa jamaah ini memilki peran Islam yang sangat menakjubkan pada kehidupan setiap individu; baik anak-anak, remaja dan pemuda, menanamkan akhlak Islam berjuta orang, dan menjadikannya intisab (loyal) kepada Islam yang mulia dan banyak orang yang bangga dengannya, mendorong kantor-kantor, industri-industri, dan para pegawai untuk menjadi jamaah yang mengenal Allah dan takut kepada-Nya”.. ungkapan yang disampaikan oleh Ahmad Syalabi dalam enslikopedi sejarah.

9. Sesungguhnya imam Al-Banna berhasil mengeluarkan beribu-ribu pemuda Mesir dari café-café, tempat-tempat minuman keras dan narkoba; sehingga membuat dan mencetak diantara mereka para duat Islam, mengubah mereka dari kondisi sia-sia menjadi pemuda yang kuat dan mampu berpartisipasi dalam ranah politik, menjadi sekelompok orang yang lebih kuat dari pada partai-partai politik lain yang ada di Mesir”… kesaksian Carey Radezniskey, peneliti di universitas Harvard Amerika.

10. Imam Al-Banna memberikan kepada para pemuda Mesir yang terjerumus pada candu dan alkohol yang memabukkan untuk memiliki makna kehidupan yang baru, dari seputar ilmu yang selalu disampaikan pada setiap pertemuan, dan dari seputar bacaan mereka terhadap risalah Imam Al-Banna, sebagaimana ia juga mampu mengembalikan kesatuan para pemuda yang terperosok dalam kemalasan di tengah masyarakat Mesir sehingga menjadi cahaya yang aktif dalam kerja-kerja Islam”.. kesaksian DR. David Komonz pada di universitas Arkinson Amerika.

Dari risalah imam Al-Banna kepada seluruh ikhwan; baik para duat dan murabbi, para politikus dan pers, para penulis dan pemikir, para pejabat dan pegawai disampaikan” : Wahai para Ikhwan.. sesungguhnya kalian berada para periode pembentukan; maka janganlah kalian terpedaya dengan fatamorgana yang menipu akan persiapan yang baik dan sempurna.. berikanlah 90 % dari waktu kalian untuk melakukan pembentukan ini, alokasikanlah di dalamnya untuk jiwa kalian, dan jadikanlah sepuluh persen sisanya untuk segala urusan kalian; sehingga kokoh batang jiwa kalian, sempurnakanlah kesiapan kalian sehingga dapat menyeluruh wibawa kalian, dan pada saat itu Allah membukakan bagi kalian dan umat akan kebenaran, karena Allah sebaik baik pembuka jalan”.

Beliau juga memberikan kepada seluruhnya risalah: “Sesungguhnya jiwa pemuda itu tampak pada kesabaran dan keteguhan, maka bagi siapa yang memiliki Kesungguhan dan kerja yang terus menerus, maka bagi siapa yang tidak tergesa-gesa untuk mendapatkan buah sebelum matang, atau memetik bunga sebelum kuncup, dan dari kesabaran hingga tumbuh benih dan tumbuh pohonnya, memberikan kebaikan hingga datang pada penyeru, maka ganjrannya ada pada Allah, dan niscaya tidak luput dari kita akan salah satu dua kebaikan; apakah kemenangan dan kekuasaan, atau syahadah dan kebahagiaan

Senin, 05 Mei 2008

SA'ID BIN ZAID

Asww.
Mutiara Kehidupan Para Sahabat: Sa’id Bin Zaid; Sosok Pemberani Nan Gagah, Yang Memilki Do’a Makbul

Beliau adalah Sa’id bin Zaid –semoga Allah meridloinya- salah seorang dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga, tumbuh di rumah dan keluarga yang tidak merasa asing akan iman, bapaknya bernama Zaid bin Amru bin Nufail yang sudah sejak lama meninggalkan sembahan berhala, dan kembali kepada menyembah Allah dan agama Ibrahim, dimana beliau pernah menyandarkan kepalanya di dinding Ka’bah dan berkata : “Wahai penduduk Quraisy, demi Allah tidak ada seorangpum selain saya yang mengikuti agama nabi Ibrahim”. (Ibnu Hisyam), Sa’id tumbuh yang semenjak kecilnya dengan agama yang suci seperti bapaknya, dan saat mendengar seruan Islam beliaupun segera memeluk Islam, yaitu pada saat Rasulullah saw masuk ke dalam Rumah Al-Arqom bin Abi Al-Arqam, bersama istrinya Fatimah binti Khattab.

Zaid banyak menanggung beban penyiksaan selama berada di jalan Allah, dimana keduanya yang menyebabkan Umar masuk Islam; saat Umar mendatangi rumahnya yang sedang membaca Al-Qur’an bersama Khabbab bin Al-Art, maka Umarpun mengambil Sohifah itu dari keduanya dan membaca isinya, hingga Allah memberikan kelapangan dadanya dan mengiklankan diri untuk masuk Islam.

Sa’id pernah hijrah ke Habsyah, kemudian Madinah, dan Rasulullah saw mempersaudarakan beliau dengan Ubay bin Ka’ab –semoga Allah meridloi keduanya-.

Rasulullah saw pernah mengutus beliau bersama Tolhah bin Ubaidillah untuk mengintai kafilah Quraisy yang pulang dari berniaga, dan saat keduanya melaksanakan tugas terjadilah perang Badar yang berakhir dengan kemenangan untuk kaum muslimin, kemudian keduanya pulang dan Rasulullah saw memberikan kepada keduanya bagian dari harta rampasan perang. Sa’id terkenal dengan keberaniannya dan kegagahannya, dan selalu mangikuti setiap peperangan.

Baliau termasuk seorang yang doanya selalu dikabulkan oleh Allah, diriwayatkan bahwa Arwa binti Uwais telah melakukan kebohongan dengan menuduh beliau merampas sebagian tanah miliknya, kemudian perempuan itu pergi ke Marwan bin Al-Hakam yang saat itu menjabat sebagai gubernur Madinah, dan mengadukan permasalahannya, maka Marwanpun mengutus seseorang kepada Sa’id untuk menghadap kepadanya, lalu Marwan berkata kepadanya : Sesungguhnya wanita ini menuduh engkau telah merampas tanahnya, Sa’id berkata : Bagaimana mungkin saya menzhaliminya sedangkan saya pernah mendengar Rasulullah saw bersabda : “Barangsiapa yang melakukan kezhaliman sejengkal maka akan ditimpakan kepadanya beban dari tujuh langit”. (Muttafaqun alaih), Marwan berkata : “Jadi engkau harus bersumpah”, Sa’id berkata : “Ya Allah jika wanita ini berdusta, maka janganlah engkau matikan dia kecuali matanya lebih dahulu buta, dan menjadikan kuburnya di sumur kemudian meninggalkan tanah yang diklaim sebagai miliknya kuburannya”. Setelah waktu berjalan, mata Arwa menjadi buta dan selalu dituntun oleh budaknya, dan pada suatu malam dia bangun dari tidurnya sedangkan budaknya belum bangun lalu berjalan dan dirinya tercebur ke dalam sumur yang ada di dalam rumahnya lalu mati dan dijadikan sumur itu sebagai kuburnya.

Sa’id adalah sahabat yang sangat terkenal dikalangan manusia, beliau mencintai mereka dan merekapun mencintainya, dan saat terjadi fitnah dikalangan umat Islam beliau tidak ikut di dalamnya, beliau sangat tekun dalam ketaatan kepada Allah dan beribadah kepada-Nya hingga akhir wafatnya pada tahun 51/52 Hijriyah dan dikuburkan di Madinah Al-Munawwarah.